Welcome to Fitriani Juwita's Blog

Tuesday, December 3, 2013

Accelerated Learning

KAJIAN PUSTAKA
PENERAPAN ACCELERATED LEARNING PADA MODEL PEMBELAJARAN BERBSIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
oleh Fitriani Juwita

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam menentukan kemajuan suatu Negara. Melalui pendidikan maka akan dihasilkan Sumber Daya Manusia yang unggul dan berkualitas. Sumber Daya Manusia yang unggul dan berkualitas dapat menjadi objek maupun subjek dalam pembangunan suatu Negara. Pendidikan  merupakan  salah  satu  media  yang  digunakan manusia untuk mengembangkan potensi dan mencapai tujuan yang diharapkan oleh manusia.
Pembelajaran Matematika pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan daya berpikir kreatif. Hal ini dinyatakan dari Standar Isi (Pemendiknas, 2006) yang menyatakan bahwa “Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peseta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Menurut Siswanto (2009), pada umumnya, sebagian besar guru mata pelajaran Matematika telah membekali peserta ddiknya untuk  berpikir logis, analitis, dan sistematis. Namun masih dua aspek yang belum tercapai pada sebagian besar pembelajaran Matematika di Sekolah. Kedua aspek tersebut adalah berpikir kritis dan kreatif. Padahal kemampuan berpikir kritis dan  kreatif sangat diperlukan dalam  menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju. Kemampuan berpikir kritis dan kreatif dapat menjadi bekal untuk siswa dalam menghadapi kehidupan yang dinamis di masa-masa mendatang.
Accelerated Learning merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu rangkaian praktis dalam upaya meningkatkan proses pembelajaran. Tujuan Accelerated Learning adalah agar siswa dapa berpikir kritis dan kreatif dengan metode pembelajaran yang menyenangkan. Meier (Fadli, 2010) menyatakan “Untuk accelerated learning diperlukan keterlibatan total dalam pembelajaran itu sendiri. Belajar haruslah berpusat pada aktivitas dan bukan pada presentasi atau kehadiran semata”.
Menurut  Colin  Rose (2002 :16)  “Accelerated  learning  adalah  teknik  belajar yang  alami,  sesuai  dengan  gaya  belajar  siswa  sehingga  belajar  terasa  lebih mudah dan lebih cepat”. Selain itu orang yang pertama kali menembangkan metode ini, Dr. Georgi Lazanov, menyatakan “Accelerated learning adalah model pembelajaran yang menciptakan proses lingkungan dan pengajaran untuk memungkinkan  peserta didik untuk bergerak diluar membatasi kenyakinan dan kesalapahaman dan memanfaatkan potensi tersembunyi mereka”.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa accelerated learning adalah suatu metode untuk mempercepat dan merancang pembelajaran dengan metode yang asyik dan menyenangkan serta  melibatkan siswa secara aktiv dalam prosesnya.
Dalam metode pembelajaran accelerated learning, Rose dan Nicholl (2009) membaginya menjadi enam langkah dasar yang disingkat dengan MASTER. Enam langkah tersebut adalah : Motivating your mind (Memotivasi Pikiran), Acquiring The Information (Memperoleh Informasi), Searching Out The Meaning (Menyelidiki Masalah), Trigering The Memory (Memicu Memori), Exhibiting What You Know (Mempresentasikan), Reflecting How You’ve Learned (Merefleksikan).
Motivating your mind (Memotivasi Pikiran) bertujuan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar siswa siap belajar dan menerima informasi yang akan siswa peroleh.
Acquiring The Information (Memperoleh Informasi) bertujuan untuk memberikan informasi dasar kepada siswa. Dalam tahap ini, hendaknya guru memberikan informasi yang benar-benar mendasar agar selanjutnya siswa dapat mengembangkan informasi tersebut.
Searching Out The Meaning (Menyelidiki Masalah), siswa bersama kelompoknya menyelidiki tentang masalah yang diberikan oleh guru. Dalam menyelidiki permasalahan tersebut siswa dapat melakukannya dengan cara mereka sehingga mereka dapat berpikir secara luas dan kreatif.
Trigering The Memory (Memicu Memori), hal ini bertujuan untuk mengingatkan memori yang sebelumnya telah diketahui oleh siswa, guru dapat melakukan langkah ini dengan berbagai cara seperti mendongeng, membuat singkatan (akronim), peta konsep, dll.
Exhibiting What You Know (Mempresentasikan), setelah siswa menyelidiki permaslahan yang diberikan, mereka mempresentasikannya di depan siswa lain agar terjadi pertukaran informasi antara satu siswa dan siswa lainnya. Langkah ini bertujuan agar daya kritis siswa ikut terpacu. Mereka dipersilahkan untuk berdebat apabila ada informasi yang keliru dan belajar menyampaikan argument. Apabila dalam hal ini permasalahan semakin melebar dan tidak ditemikannya jawaban atas permasalahan tersebut, guru pun ikut andil dalam mengambil kesimpulan dan mengoreksi hasil diskusi siswa.
Reflecting How You’ve Learned (Merefleksikan), siswa merefleksikan pengalaman belajar mereka bukan hanya tentang apa yang mereka pelajari namun juga bagaimana mereka mempelajarinya.
            Model pembelajaran accelerated learning ini di luar negeri dikenal dengan berbagai nama, seperti Quantum Learning, Quantum Teaching, Super Learning, Efficient and Effective Learning. Pada intinya, tujuan berbagai metode ini sama, yaitu bagaimana membuat proses pembelajaran menjadi efisien, efektif dan menyenangkan.
            Menurut Charlick (2005:27) “metode accelerated learning  dapat digunakan pada model pembelajaran berbasis masalah”. Dimana metode accelerated learning dapat membantu pada proses pemecahan masalah kehidupan sehari-hari melalui aktivitas yang dilakukan dan dapat mempercepat penyerapan materi oleh siswa. Dalam penyelesaian berbasis masalah hal itu dapat membuat siswa terangsang untuk berpikir kritis dalam menyelesaikannya. Informasi-informasi  yang siswa ketahui dapat menjadi argumen pendukung dalam menyelesaikan masalahnya. Prinsip MASTER di atas adalah letak pembelajaran berbasis masalah itu.
Selain itu, metode accelerated learning  dapat memacu kreativitas siswa. Menurut McGregor (Mahmudi, 2010 :2) “berpikir kreatif adalah mengarah pada pemerolehan wawasan baru, pendekatan baru, perspektif baru, atau cara baru dalam memahami sesuatu”. Hal ini ditunjukkan pada proses pembelajaran accelerated learning dimana siswa melakukan penyelidikan terhadapa masalah serta mendiskusikannya dengan kelompoknya. Siswa secara  bebas berpendapat sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Kreativitas siswa dalam menyelesaikan permasalahan terlihat dari hasil diskusi mereka. Kemampuan berpikir kreatif ini dapat membangun ide atau gagasan yang baru dalam menyelesaikan masalah. Menurut Alvino (Mulyana, 2011) “berpikir kreatif adalah melakukan suatu kegiatan yang ditandai oleh empat komponen, yaitu : fluency (keterampilan berpikir lancer), flexibility (Keterampilan berpikir luwes), originality (keterampilan berpikir orisinal), elaboration (keterampilan memerinci)”. Dengan accelerated learning siswa dapat mencoba untuk memperoleh keempat komponen tersebut.
Metode accelerated learning  sangat berbeda dengan metode ekspositori atau metode belajar konvensional.  Jika metode ekspositori lebh menekankan Teacher Center atau pembelajaran yang menekan
Dari hasil kajian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa accelerated learning adalah pembelajaran yang mendukung siswa berpikir kritis dan kreatif serta belajar dengan  cepat sehingg dapat menghemat waktu namun dengan cara yang  menyenangkan. Accelerated learning sangat pas diterapkan dalam pembelajaran  matematika di sekolah.
  
DAFTAR PUSTAKA

Alifa, Siti. 2012. Penerapan Accelerated Learning Pada Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP.  SKRIPSI UPI : Tidak diterbitkan.
Gunawan, Adi W. 2007.  Genius Learning Strategy. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Rose, Colin.  2002. Buku  Pintar  Accelerated  learning,  Terj. MASTER It Faster oleh Femmy Syahrani. Kaifa : Bandung.
Mulyana, T.  2011.  Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif. [Online]. Tersedia://http.file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/19510106197603-TATANG-MULYANA/Kreatif. [03 Juli 2013].
Puspendik. (2011). PISA (Programme for International Student Assesment). [Online]. Tersedia : http://litbangkemendiknas.net/detail.php?id=215. [03 Juli 2013]
Mahmudi,, A. (2010). Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis Matematis. Makalah pada Konferensi Nasional Matematika. XV. Universitas Negeri Yogyakarta.



No comments:

Post a Comment