KAJIAN PUSTAKA
PENERAPAN ACCELERATED LEARNING PADA MODEL
PEMBELAJARAN BERBSIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
MATEMATIS SISWA SMP
oleh Fitriani Juwita
Pendidikan
merupakan hal yang penting dalam menentukan kemajuan suatu Negara. Melalui
pendidikan maka akan dihasilkan Sumber Daya Manusia yang unggul dan
berkualitas. Sumber Daya Manusia yang unggul dan berkualitas dapat menjadi
objek maupun subjek dalam pembangunan suatu Negara. Pendidikan merupakan
salah satu media
yang digunakan manusia untuk mengembangkan
potensi dan mencapai tujuan yang diharapkan oleh manusia.
Pembelajaran
Matematika pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan daya berpikir kreatif.
Hal ini dinyatakan dari Standar Isi (Pemendiknas, 2006) yang menyatakan bahwa
“Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai
dari sekolah dasar untuk membekali peseta didik dengan kemampuan berpikir
logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Menurut
Siswanto (2009), pada umumnya, sebagian besar guru mata pelajaran Matematika
telah membekali peserta ddiknya untuk
berpikir logis, analitis, dan sistematis. Namun masih dua aspek yang
belum tercapai pada sebagian besar pembelajaran Matematika di Sekolah. Kedua
aspek tersebut adalah berpikir kritis dan kreatif. Padahal kemampuan berpikir
kritis dan kreatif sangat diperlukan
dalam menghadapi perkembangan ilmu
pengetahuan yang semakin maju. Kemampuan berpikir kritis dan kreatif dapat
menjadi bekal untuk siswa dalam menghadapi kehidupan yang dinamis di masa-masa
mendatang.
Accelerated Learning
merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu rangkaian praktis
dalam upaya meningkatkan proses pembelajaran. Tujuan Accelerated Learning adalah agar siswa dapa berpikir kritis dan
kreatif dengan metode pembelajaran yang menyenangkan. Meier (Fadli, 2010)
menyatakan “Untuk accelerated learning
diperlukan keterlibatan total dalam pembelajaran itu sendiri. Belajar haruslah
berpusat pada aktivitas dan bukan pada presentasi atau kehadiran semata”.
Menurut Colin
Rose (2002 :16) “Accelerated
learning adalah teknik
belajar yang alami, sesuai
dengan gaya belajar
siswa sehingga belajar
terasa lebih mudah dan lebih
cepat”. Selain itu orang yang pertama kali menembangkan metode ini, Dr. Georgi Lazanov,
menyatakan “Accelerated learning
adalah model pembelajaran yang menciptakan proses lingkungan dan pengajaran
untuk memungkinkan peserta didik untuk
bergerak diluar membatasi kenyakinan dan kesalapahaman dan memanfaatkan potensi
tersembunyi mereka”.
Dari
beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa accelerated learning adalah suatu metode untuk mempercepat dan
merancang pembelajaran dengan metode yang asyik dan menyenangkan serta melibatkan siswa secara aktiv dalam
prosesnya.
Dalam
metode pembelajaran accelerated learning,
Rose dan Nicholl (2009) membaginya menjadi enam langkah dasar yang disingkat
dengan MASTER. Enam langkah tersebut adalah : Motivating your mind (Memotivasi Pikiran), Acquiring The Information (Memperoleh Informasi), Searching Out The Meaning (Menyelidiki
Masalah), Trigering The Memory (Memicu
Memori), Exhibiting What You Know (Mempresentasikan),
Reflecting How You’ve Learned (Merefleksikan).
Motivating your mind (Memotivasi
Pikiran) bertujuan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar siswa siap
belajar dan menerima informasi yang akan siswa peroleh.
Acquiring The Information (Memperoleh
Informasi) bertujuan untuk memberikan informasi dasar kepada siswa. Dalam tahap
ini, hendaknya guru memberikan informasi yang benar-benar mendasar agar
selanjutnya siswa dapat mengembangkan informasi tersebut.
Searching Out The Meaning (Menyelidiki
Masalah), siswa bersama kelompoknya menyelidiki tentang masalah yang diberikan
oleh guru. Dalam menyelidiki permasalahan tersebut siswa dapat melakukannya
dengan cara mereka sehingga mereka dapat berpikir secara luas dan kreatif.
Trigering The Memory (Memicu
Memori), hal ini bertujuan untuk mengingatkan memori yang sebelumnya telah
diketahui oleh siswa, guru dapat melakukan langkah ini dengan berbagai cara
seperti mendongeng, membuat singkatan (akronim), peta konsep, dll.
Exhibiting What You Know (Mempresentasikan),
setelah siswa menyelidiki permaslahan yang diberikan, mereka
mempresentasikannya di depan siswa lain agar terjadi pertukaran informasi
antara satu siswa dan siswa lainnya. Langkah ini bertujuan agar daya kritis
siswa ikut terpacu. Mereka dipersilahkan untuk berdebat apabila ada informasi
yang keliru dan belajar menyampaikan argument. Apabila dalam hal ini
permasalahan semakin melebar dan tidak ditemikannya jawaban atas permasalahan
tersebut, guru pun ikut andil dalam mengambil kesimpulan dan mengoreksi hasil
diskusi siswa.
Reflecting How You’ve Learned (Merefleksikan),
siswa merefleksikan pengalaman belajar mereka bukan hanya tentang apa yang
mereka pelajari namun juga bagaimana mereka mempelajarinya.
Model pembelajaran accelerated learning ini di luar negeri
dikenal dengan berbagai nama, seperti Quantum
Learning, Quantum Teaching, Super Learning, Efficient and Effective Learning.
Pada intinya, tujuan berbagai metode ini sama, yaitu bagaimana membuat proses
pembelajaran menjadi efisien, efektif dan menyenangkan.
Menurut
Charlick (2005:27) “metode accelerated
learning dapat digunakan pada model
pembelajaran berbasis masalah”. Dimana metode accelerated learning dapat membantu pada proses pemecahan masalah
kehidupan sehari-hari melalui aktivitas yang dilakukan dan dapat mempercepat
penyerapan materi oleh siswa. Dalam penyelesaian berbasis masalah hal itu dapat
membuat siswa terangsang untuk berpikir kritis dalam menyelesaikannya.
Informasi-informasi yang siswa ketahui
dapat menjadi argumen pendukung dalam menyelesaikan masalahnya. Prinsip MASTER
di atas adalah letak pembelajaran berbasis masalah itu.
Selain
itu, metode accelerated learning dapat memacu kreativitas siswa. Menurut
McGregor (Mahmudi, 2010 :2) “berpikir kreatif adalah mengarah pada pemerolehan
wawasan baru, pendekatan baru, perspektif baru, atau cara baru dalam memahami
sesuatu”. Hal ini ditunjukkan pada proses pembelajaran accelerated learning dimana siswa melakukan penyelidikan terhadapa
masalah serta mendiskusikannya dengan kelompoknya. Siswa secara bebas berpendapat sesuai dengan pengetahuan
yang dimilikinya. Kreativitas siswa dalam menyelesaikan permasalahan terlihat dari
hasil diskusi mereka. Kemampuan berpikir kreatif ini dapat membangun ide atau
gagasan yang baru dalam menyelesaikan masalah. Menurut Alvino (Mulyana, 2011)
“berpikir kreatif adalah melakukan suatu kegiatan yang ditandai oleh empat
komponen, yaitu : fluency (keterampilan
berpikir lancer), flexibility (Keterampilan
berpikir luwes), originality (keterampilan
berpikir orisinal), elaboration (keterampilan
memerinci)”. Dengan accelerated learning siswa
dapat mencoba untuk memperoleh keempat komponen tersebut.
Metode
accelerated learning sangat berbeda dengan metode ekspositori atau
metode belajar konvensional. Jika metode
ekspositori lebh menekankan Teacher
Center atau pembelajaran yang menekan
Dari
hasil kajian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa accelerated learning adalah pembelajaran yang mendukung siswa
berpikir kritis dan kreatif serta belajar dengan cepat sehingg dapat menghemat waktu namun
dengan cara yang menyenangkan. Accelerated learning sangat pas
diterapkan dalam pembelajaran matematika
di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Alifa,
Siti. 2012. Penerapan Accelerated
Learning Pada Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP. SKRIPSI UPI : Tidak diterbitkan.
Gunawan,
Adi W. 2007. Genius Learning Strategy. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Rose,
Colin. 2002. Buku Pintar Accelerated
learning, Terj. MASTER It Faster
oleh Femmy Syahrani. Kaifa : Bandung.
Mulyana,
T. 2011. Kemampuan
Berpikir Kritis dan Kreatif. [Online].
Tersedia://http.file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/19510106197603-TATANG-MULYANA/Kreatif.
[03 Juli 2013].
Mahmudi,,
A. (2010). Mengukur Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis. Makalah pada Konferensi Nasional Matematika. XV. Universitas
Negeri Yogyakarta.